Kisah ini aq alami d Terminal ARJOSARI-MALANG
Kebiasaan q saat msh d INA 1 bln 1x aq pulang pergi Malang-Surabaya
Biasanya aq naik atar-jemput Travel or Motor mas Q
tapi karna aq pergi cama mbak ku N tmennya kami memilih naik bus antar kota dr terminal arjosari
Terasa mengantuk, Lapar akhirnya kami ber-3 mampir ke sebuah warung
Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan ku
"Mbak mau beli kue"?katanya sambil tersenyum
"Tidak dik....mbak udah pesan makanan"jawab ku ringkas
Dia berlalu.
Begitu pesanan tiba, kami bertiga terus menikmatinya
Lebih kurang 20-menit kemudian aku melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya.
Mereka ternyata juga menolak, dia berlalu begitu saja.
"Mbak sudah makan, tak mau beli kue saya?" katanya tenang ketika kembali menghampiri meja kami.
"Mbak baru selesai makan dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut.
Dia pergi, tapi cuma disekitar warung itu.
Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh.
Setiap yang lalu ditanya....
"Tak mau beli kue saya bang..pak...kakak..atau ibu...."
Molek budi bahasanya.
Pemilik warung itu pun tak melarang dia keluar masuk ke warungnya menemui pelanggan dan menawarkan jajanan-nya.
Sambil memeperhatikan, terbersit rasa kagum ku dan kasihan di hati melihat betapa gigihnya dia berusaha........
Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan atao tak membeli kuenya.
Setelah membayar harga makanan dan minuman, aq duduk d ruang tunggu nunggu bus tiba
Anak itu ku lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama.
Saya buka majalah membetulkan duduk n membaca mjlh itu sembari canda ama mba' n temnnya
Bus yg kutunggu pun tiba aq mulai melangkah nuju bus,
anak tadi berdiri d tepi bus
Dia menghadiahkan sebuah senyuman....
Aku juga... Membalas senyumannya.
"Mbak sudah kenyang, tapi mungkin mbak perlukan kue saya untuk adik-adik mbak , ibu atau ayah mbak " katanya sopan sekali sambil tersenyum.....
Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.....
Aku tatap wajahnya, termasuk bersih dan bersahaja.
Terpantul perasaan kasihan di hati aku ......
Lantas aku buka dompet, dan mngulurkan selembar uang Rp 20.000,- kemudian aku ulurkan padanya, sambil berkata........
"Ambil ini dik....!!!!
Mbak sedekah ....tak usah mbak beli kue itu." aku berkata ikhlas karena perasaan "kasihan" meningkat mendadak.
Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai tsb.
Aku gembira dapat membantunya.................
Setelah naik dalam bus aq duduk d dkt pintu masuk ...
Alangkah terperanjatnya aku melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- uang pemberian ku itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya.......
Aku terkejut Dan aku turun dr bus,memanggil anak itu.
"Kenapa mbak mau beli kue kah?" tanya-nya.
"Kenapa adik berikan duit mbak tadi pada pengemis itu....???
Duit itu mbak berikan buat adik!" kata ku tanpa menjawab pertanyaannya.
"Mbak saya tak bisa ambil duit itu....
Emak akan marah kalau dia tahu saya mengemis......
Kata emak kita mesti bekerja mencari-nafkah-karena-Allah........
Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, mak pasti marah.
Kata mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat mbak!" katanya begitu lancar.
Aku jadi terheran-heran.....sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu.
Tanpa banyak soal aku terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.
"Mbak mau beli semua kah?" dia bertanya dan aku cuma mengangguk.
Lidah ku kelu mau berkata........
......"Rp 25.000,- saja mbak....." jawab anak itu tenang.
Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, aku ulurkan uang Rp 25.000,-.....
Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi.
Aku perhatikan dia hingga hilang dari pandangan..................
Dalam perjalanan, baru Aku terfikir untuk bertanya statusnya.
Anak yatim kah....?
Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya?????
Terus terang aku katakan , aku beli kuenya bukan lagi atas rasa kasihan, tetapi karena "rasa-kagum" dengan sikapnya yang dapat menjadikan pekerjaan-nya suatu penghormatan......
Sesungguhnya aku kagum dengan sikap anak itu.
Dia menyadarkan aku ......,
......."siapa kita sebenarnya"........
Ketikan d atas bisa buat renungan.......
mungkin slama ini qt menjadi ssorang yg mungkin sering membanggakan diri