Wajib Sekolah Sembilan Tahun,Wajib Belajar Sepanjang Hayat

Mengapa banyak terjadi kerancuan dan salah kaprah di dalam pemaikaian bahasa nasional kita?

Misalnya,program wajib belajar 9 tahun atau wajib belajar 12 tahun.
Padahal,yang dimaksud adalah anak-anak di negeri ini dianjurkan wajib bersekolah dalam jangka minimal waktu tersebut.Sedangkan,yang namanya belajar itu seharusnya tiada habisnya selama hayat masih dikandung badan..

Contoh kerancuan pemakaian bahasa yang lainnya masih banyak..

yo wes koyok kata meres santen Lah

umak wes orep nang indonesia pirang taun se Bamz?

26

Mungkin itu salah satu karakeristik bangsa kita.
Sesuatu yang salah tapi karena sudah terbiasa lalu dianggap sesuatu yang benar dan sah.

"Bahasa menunjukkan bangsa,"ujar HB Jassin.

bamz wrote:

Mungkin itu salah satu karakeristik bangsa kita.
Sesuatu yang salah tapi karena sudah terbiasa lalu dianggap sesuatu yang benar dan sah.

"Bahasa menunjukkan bangsa,"ujar HB Jassin.

aku nggak nganggep sesuatu yang salah lantas benar karena menjadi kebiasaan kok.


bukan karakteristik bangsa kita Bams, tapi manusia...

bamz wrote:

Mungkin itu salah satu karakeristik bangsa kita.
Sesuatu yang salah tapi karena sudah terbiasa lalu dianggap sesuatu yang benar dan sah.

"Bahasa menunjukkan bangsa,"ujar HB Jassin.

sorry ini membahas masalah sekolah apa bahasa? atau karakteristik bangsa kita?

"Bahasa menunjukkan bangsa," ... berarti seperti kata mamah "meres santen" itu dilihat dari segi pembahasaan sudah salah kaprah, santan adalah hasil perasan kelapa, kenapa masih harus diperas lagi, itu contoh, ungkapan "Bahasa menunjukkan bangsa" menunjukkan bahwa bangsa kita ini SALAH KAPRAH ? wowowowow gak setuju sam, semua yang dibuat didalam suatu bangsa adalah KESEPAKATAN yang telah terjadi (tertulis dan tidak tertulis), kalo boleh saya memberikan jawaban, saya pernah belajar mengenai pembahasaan ini pada waktu semester 5 dulu, hal tersebut ditujukan untuk mempertegas kata, contoh, maju kedepan, maju ya kedepan bukan kebelakang, salah kaprah kan, tapi bukan itu yang dimaksud dalam kalimat tersebut, akan tetapi penegasan dari maju itu sendiri

IMFO

dalam paparan psikologi ngunu tah?
tapi masuk akal juga

Yang kita bahas masalah salah kaprah bahasa apakah memang berkaitan dengan karakteristik bangsa ini.
Soal ayas pakai kata2 wajib sekolah 9 tahun,itu hanya untuk memancing rasa ingin tahu yang membaca kalimat itu.

bamz wrote:

Yang kita bahas masalah salah kaprah bahasa apakah memang berkaitan dengan karakteristik bangsa ini.
Soal ayas pakai kata2 wajib sekolah 9 tahun,itu hanya untuk memancing rasa ingin tahu yang membaca kalimat itu.

ok. mungkin saya harus tekankan lagi dan harus ulangi lagi, itu bukanlah salah kaprah tapi hanya sebagai penegas kata saja, contohnya seperti diatas, memeras santan, maju kedepan, mundur kebelakang, dll. itu contoh jelas, akan tetapi kalau anda memakai contoh ungkapan sekolah 9 tahun atau 12 tahun kayaknya kurang tepat apabila dipakai sebagai stimulus dalam hal ini, kenapa saya bialng kurang tepat, karena kalimat tersebut sudah benar, dan hanya memakai "bentuk ungkapan" saja.

Hm,stimulus..
ayas mulai paham...

Seperti ayas menulis judul thread ini juga sebagai stimulus belaka,meski isinya bukan bicara soal sekolah alias out of contect.

bamz wrote:

Hm,stimulus..
ayas mulai paham...

Seperti ayas menulis judul thread ini juga sebagai stimulus belaka,meski isinya bukan bicara soal sekolah alias out of contect.

stimulus of wot?

c'mon bro ...

ya'r tittle thread talk about school and bla bla bla, and the content of it talk bout language and characteristic of something, so ... if ya'r tittle is the stimulus to make our brain thinkin' harder, I think dat is wrong bro, dat is not stimulus, it's just red herring

Sorry,memang ada sedikit kesengajaan...

bamz wrote:

Sorry,memang ada sedikit kesengajaan...

Mungkin ada sedikit 'bawaan' karena dulu pernah mengelola sebuah media independen bersama beberapa orang teman(seharusnya itu tak benar dalam kaidah jurnalistik).
Kadangkala kita 'dipaksa' untuk berbuat demikian demi mendongkrak oplah penjualan.
Sayangnya,hal sedemikian banyak dilakukan oleh banyak mass media,bahkan oleh media yang berpengaruh.
Media itu berpolitik,dan ayas pernah merasakannya langsung saat mengelola media tsb beberapa tahun lalu.
Membombastiskan atau memanipulasi judul termasuk salah satunya.
Masih menjadi dilema bagi ayas,di sisi lain ingin kembali bekerja di media massa,di sisi lain ada keraguan melihat kondisi media massa saat ini.

(Lho,kok ngglambyar ke soal media massa?)

Back to topik..

sama ...

sedikit cerita, dulu sebelum kesini (jepang) ayas pernah bekerja di sebuah tabloid swasta, pertama sebagai translator, kemudian menjadi wartawan, dan jabatan terakhir adalah redaksi, dalam jajaran keredaksian, ayas dan rekan-rekan menulis judul juga terkadang kurang begitu seusai dengan isi berita, hanya sekedar ingin menaikkan oplah dan agar terlihat menarik, akan tetapi pada saat semua tulisan sudah masuk kebagian editor, banyak kata dan judul yang harus diganti. pernah saya tanya kenapa, mereka jawab, kita memberikan informasi atau suatu "cerita" yang benar bukan hanya sekedar mendongkrak tabloid ini, berikan judul yang sesuai dan benar, agar para pembaca tidak kecewa setelah emngetahuinya

jadi apabila judul tidak sesuai dengan pokok bahasan, walaupun hanya untuk menstimulus atau agar terlihat keren, ayas rasa itu perbuatan yang kurang tepat, walaupun banyak rekan2 wartawan lain yang melakukannya, ayas sendiri selaku pribadi menilai hanya kurang tepat saja

terima kasih

I need....

sorry,I agree..

melok pisan ah